Minggu, 11 Mei 2014

MENDEKAM DI SUNYI



Kecemasan semesta melumuri tubuh saat peradaban dihadapanku berubah total, darah kesepian sepanjang sejarah membanjiri gelombang pasang hiruk pikuk dunia ketika kumasuki kota kecil ini. Bocah sekolahan berpacu dengan waktu sampai matahari betul-betul meneteskan keringat. Tawa kecilnya menghempaskan mimpi pada peraduan bayang-bayang nasib, bertelanjang kaki menoreh sajak luka ditepian karang tajam. Pekikan perjuangan atas nama surga untuk menikmati kerajaan dalam neraka..saat ini, hari ini, besok dan selamanya aku tidak akan pernah mengerti mengapa aku berada disini. Kerja keras dan keringat ini untuk siapa??
 oke lah dunia memang tidak baik-baik saja. Hidup ini memang brengsek. Lantas ngapain juga kita diam aja. Merengek mohon mujizat?
Buku-buku semakin banyak bertumpuk tetapi pengetahuan semakin bodoh..semua omong kosong dan nasib begitu kejam menyeretku ke tempat ini. Saat ini aku benar-benar cemas, disini tanpa siapa-siapa, benar-benar asing dimata mereka
kehadiranku keberadaanku
disini...tanpa siapa-siapa
menggambar jejak memaknai kesendirian
menjadi sebuah arti dan makna ...
hari ini aku hanya ingin menyampaikan salam kepada kalian yang jauh disana, semoga kalian tahu kalau dsni aku tidak dalam keadaan baik-baik saja, aku cemas..Tetapi keadaan dan kondisi ini memaksaku untuk hanya melemparkan senyum manis ketika menyaksikan diriku terjatuh dalam kubangan sepi. Aku ingin berziarah ke masa lalu yang telah kalian bangun dengan kedamaian hati semesta yang berubah menjelma semesta kecil yang terasa seperti ciuman pertama pada kekasih.

*SERUI 12 maret 2014*
Tete nene, bapa tua mama tua, pace mace, kaka ade….izinkan aku bergabung bersama kalian dan bahagia aku berada di tengah-tengah kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar